KhalifahAli bin Abi Thalib melaksanakan langkah-langkah yang dapat dianggap sebagai prestasi yang telah dicapai . 1. Mengganti Pejabat yang Kurang Cakap. Khalifah Ali bin Abi Thalib menginginkan sebuah pemerintahan yang efektif dan efisien. Oleh karena itu, beliau kemudian mengganti pejabat-pejabat yang kurang cakap dalam bekerja.Ali bin Abi Thalib dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Nabi Muhammad SAW. sekitar tahun 599 Masehi atau 600 Masehi perkiraan. Ali adalah khalifah keempat setelah Khalifah Utsman bin Affan, yang berkuasa pada tahun 656 sampai dengan 661. Beliau termasuk dalam golongan pemeluk islam pertama. Selain itu, beliau juga diakui akan keberanian dan kecerdasannya. Dalam salah satu riwayat Al-Usfuriyyah, menyebut bahwa ilmu pengetahuan sayyidina Ali sangat tidak diragukan lagi, bahkan Rasulullah SAW. Pernah bersabda; “Aku adalah kota ilmu, dan ali adalah pintunya”. Pada suatu hari, ketika kaum khawarij mendengar hadits “Aku adalah kota ilmu, dan Ali adalah pintunya”, mereka menjadi iri dan dengki kepada sayyidina Ali. Kemudian sepuluh orang dari pembesar kaum khawarij berkumpul. Mereka berkata “Kita akan bertanya kepada Ali tentang satu masalah pertanyaan, dan kita akan lihat bagaimana ia menjawabnya. Kemudian, jika ia menjawab satu pertanyaan dengan jawaban dan dalil yang berbeda-beda, maka kita akan mengetahui bahwa dia adalah orang Alim sebagaimana yang di sabdakan oleh Rasulullah SAW.” Orang pertama dari mereka menghampiri Ali dan bertanya “Wahai Ali, manakah yang lebih utama, ilmu atau harta?” Sayyidina Ali menjawab “Ilmu itu lebih utama daripad harta.” Orang pertama bertanya “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab “Ilmu adalah warisan para Nabi, sedangkan harta adalah warisan Qarun, Syaddat, Fir’aun dan lainnya.” Lalu orang pertama pergi dengan membawa jawaban tersebut. Kemudian datanglah orang yang ke dua dan bertanya seperti pertanyaan orang yang pertama. Sayyidina Ali menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta”. Orang ke dua bertanya “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab “Ilmu bisa menjagamu, sedangkan harta kamu yang menjaganya.” Kemudian orang kedua pergi dengan membawa jawaban tersebut. Setelah itu datanglah orang yang ke tiga dan bertanya seperti pertanyaan orang yang pertama dan ke dua. Sayyidina Ali menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang ke tiga bertanya “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab “Orang yang memiliki harta memiliki banyak lawan, sedangkan orang yang memiliki ilmu memiliki banyak kawan.” Lalu dia pergi dengan membawa jawaban tersebut. Kemudian datanglah orang ke empat dan bertanya seperti pertanyaan orang sebelumnya. Sayyidina Ali menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang ke empat bertanya “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab “Apabila harta itu diberikan kepada orang lain harta akan berkurang. Sedangkan ilmu, jika diberikan kepada orang lain ilmu akan bertambah.” Orang ke empat pun pergi. Datanglah orang yang ke lima dan bertanya seperti pertanyaan orang sebelumnya. Sayyidina Ali menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang ke lima bertanya “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab “Orang yang berharta akan dipanggil dengan panggilan Bakhil pelit dan tercela, sedangkan orang yang berilmu akan dipanggil dengan panggilan yang agung dan mulia.” Kemudian dia pergi dengan membawa jawaban tersebut. Kemudian datanglah orang yang ke enam dan bertanya seperti pertanyaan orang sebelumnya. Sayyidina Ali menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang ke enam bertanya “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab “Harta itu dijaga dari pencuri, sedangkan ilmu tidak di jaga dari pencuri.” Lantas dia pergi. Datanglah orang yang ke tujuh dan bertanya seperti pertanyaan orang sebelumnya. Sayyidina Ali menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang ke tujuh bertanya “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab “Orang yang mempunyai harta kelak akan dihisab di hari kiamat, sedangkan orang yang mempunyai Ilmu kelak akan diberi syafa’at di hari kiamat.” Lalu dia pergi. Datanglah orang ke delapan dan bertanya seperti pertanyaan orang-orang sebelumnya. Sayyidina Ali menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang ke delapan bertanya “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab “Harta akan usang sebab ditelan zaman, sedangkan ilmu tidak akan usang dan busuk.” Lalu dia pergi. Dan datanglah orang yang ke sembilan dan bertanya seperti pertanyaan orang-orang sebelumnya. Sayyidina Ali menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang ke sembilan bertanya “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab “Harta mengeraskan hati, sedangkan ilmu menyinari hati.” Kemudian dia pergi. Datanglah orang terakhir, yaitu orang ke sepuluh dan bertanya tentang hal yang sama seperti pertanyaan orang-orang sebelumnya. Sayyidina Ali menjawab “Ilmu lebih utama daripada harta.” Orang terakhir bertanya “Mana dalilnya?” Sayyidina Ali menjawab “Orang yang berharta akan memiliki sifat Rububiyyah, maksudnya ialah sifat ingin menguasai, menduduki jabatan yang tinggi, suka memaksa orang lain dan tak mau direndahkan. Sedangkan orang yang berilmu akan memiliki sifat Ubudiyyah, yaitu sifat selalu tunduk dan beribadah kepada Allah SWT. Sekiranya kalian semua bertanya kepadaku tentang hal ini, tentu aku akan menjawab dengan jawaban yang berbeda selama aku masih hidup.” Pada akhirnya sepuluh orang itu datang dan semuanya menyerah. Hikmah yang dapat kita ambil dari kisah di atas adalah betapa berharganya ilmu, hingga 10 orang bertanya dengan 1 pertanyaan tentang “lebih baik mana ilmu dengan harta” Ali menjawab dengan dalil yang berbeda-beda. Bahkan orang yang banyak ilmu akan ditinggikan derajatnya oleh Allah SWT. sebagaimana di dalam penggalan ayat 11 yang artinya “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” Orang berilmu akan Allah tinggikan derajatnya di dunia dan surga nanti. Di dunia, orang berilmu akan selalu dihargai di manapun dan kapanpun. Berbeda dengan orang yang banyak harta tidak berilmu, ia dihargai ketika kaya. Namun ketika ia miskin, ia tidak akan lagi dihargai. Semoga kita termasuk golongan orang-orang berilmu. [ Continue Reading SourceBERTUAHPOSCOM, PEKANBARU - Ali bin Abi Thalib adalah orang kedua yang masuk Islam, yaitu setelah Khadijah. Ali masuk Islam saat
Ali bin Abi Thalib adalah salah satu tokoh yang terkenal dalam sejarah Islam. Beliau merupakan putra Abi Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Ali adalah sahabat sekaligus sepupu yang sangat dicintai oleh Rasulullah SAW karena memiliki akhlak yang mulia dan juga cerdas. Masa kecilnya dihabiskan di samping Rasulullah SAW sehingga membuatnya tumbuh menjadi manusia yang berbudi luhur, bahkan termasuk ke dalam salah satu tokoh yang dijanjikan masuk surga oleh Allah SWT. Ali bin Abi Thalib lahir di Mekkah pada tahun 602 Masehi. Ia hidup bersama Rasulullah SAW sejak berusia 6 tahun dan masuk Islam pada usia 10 tahun. Ali adalah seorang yang cerdas sehingga membuatnya dijuluki sebagai Babul Ilmi yang berarti pintu ilmu. Ia sering sekali dimintai pendapat atau saran mengenai suatu hal oleh para Khalifah. Setelah Khalifah ketiga, Utsman bin Affan wafat. Ali bin Abi Thalib meneruskan kepemimpinannya dan menjadi Khalifah keempat dalam sejarah Islam. Para sahabat Muhajirin dan Anshar secara sukarela membaiat Ali sebagai pemimpin, karena mereka memandang bahwa tidak ada orang lain yang lebih utama dan lebih berhak menjadi Khalifah selain Ali bin Abi Thalib. Mereka juga memandang bahwa Ali bin Abi Thalib adalah sahabat Nabi yang punya keluasan ilmu, paling pemberani, dan paling dicintai oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Untuk semakin mengenal sosok Ali bin Abi Thalib, berikut ini ada beberapa contoh kepribadiannya yang sangat patut diteladani oleh umat Muslim, khususnya para generasi muda saat ini. Kepribadian Ali bin Abi Thalib yang Patut Diteladani 1. Mencintai Ilmu Ali bin Abi Thalib tercatat sebagai salah satu orang paling awal yang masuk Islam dan dianggap juga sebagai ulamanya para sahabat senior. Beliau dikenal karena kesungguhannya dalam mempelajari ilmu agama dan senantiasa menghabiskan waktunya untuk selalu berada di sisi Nabi Muhammad SAW. Kepribadiannya yang sangat mencintai ilmu dan selalu berhati-hati dalam menjaga lisan ini sangat baik untuk dijadikan sebagai teladan, agar kita selalu menyadari betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan. 2. Zuhud Terhadap Dunia Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib adalah manusia yang tumbuh besar dalam lindungan dan bimbingan Nabi Muhammad SAW, sehingga membuatnya mampu merenungi setiap makna kehidupannya di dunia. Ali merupakan hamba yang taat, saleh, dan tidak mengharapkan kemewahan duniawi, bahkan kantor pusat pemerintahannya di wilayah Kufah pun dibangun dengan sangat sederhana. Alasannya adalah karena beliau tidak ingin tertipu dengan urusan keduniawian. 3. Dermawan Hidup dengan kesederhanaan tidak membuatnya jadi pribadi yang kikir, beliau bahkan dikenal sebagai sahabat yang pemurah, dermawan, dan gemar berinfak untuk meringankan beban orang yang kesusahan. Sikapnya ini sudah biasa ia lakukan sejak usia muda, karena ayahnya, Abu Thalib, juga dikenal sebagai orang yang sederhana dan sering membantu orang miskin. Seiring dengan kemenangan pasukan Muslim atas penaklukan Romawi dan Persia, kehidupan Ali bin Abi Thalib pun ikut membaik. Ia bisa memiliki beberapa kebun kurma yang digunakan untuk kepentingan keluarga dan juga umat Muslim. 4. Sosok yang Pemberani Ali bin Abi Thalib adalah salah satu tokoh Islam yang terkenal pemberani dan tidak kenal takut melawan para musuh. Dalam setiap peperangan yang diikutinya, Ali tidak pernah sekalipun kalah atau melarikan diri, beliau juga termasuk ke dalam 12 orang yang ikut melindungi Rasulullah SAW dari serangan orang Quraisy saat terjadinya Perang Uhud. Dalam Perang Khandaq dan Perang Khaibar, Ali juga berhasil memenangkan duel melawan para musuhnya yang dikenal sebagai salah satu tokoh terhebat dari suku Quraisy. 5. Dapat Dipercaya Sebagai seorang manusia dan pemimpin umat Islam, Ali bin Abi Thalib dikenal sebagai seorang yang amanah dan bertanggung jawab. Ali pernah diminta untuk mengembalikan barang-barang milik orang Quraisy yang sebelumnya dititipkan kepada Rasulullah SAW saat hendak hijrah, dan semua barang-barang tersebut kembali pada pemiliknya tanpa kurang sedikitpun. Karena kepribadiannya yang amanah, Ali bin Abi Thalib sering dipercaya oleh Rasulullah SAW untuk menyampaikan pesan-pesan penting dan menyebarkannya kepada umat Muslim. Untuk lebih mengenal kisah hidup, kepribadian, dan perjuangan Ali bin Abi Thalib dalam memegang teguh panji keimanan, kamu bisa membaca biografinya dalam buku Biografi Lengkap Ali bin Abi Thalib yang ditulis oleh Abdul Syukur Al-Azizi. Ali bin Abi Thalib memang terkenal sebagai salah satu tokoh sentral dalam sejarah dakwah Islam. Beliau adalah kesatria Muslim terbaik dalam medan perang, sekaligus sebagai pembela dan pelindung terdepan bagi Nabi Muhammad SAW. Pernikahannya dengan Fatimah az-Zahra juga semakin mempererat nasab kekerabatannya dengan Rasulullah SAW. Buku ini akan mengupas tuntas kehidupan Ali bin Abi Thalib mulai dari kelahiran, perjuangan dalam membela kebenaran, kepemimpinannya, hingga wafatnya. Melalui kisah hidupnya yang luar biasa, para pembaca akan mendapatkan banyak sekali pelajaran yang berharga terutama dalam hal keimanan, keilmuan, dan dedikasi pada agama. Buku yang penuh inspirasi ini bisa kamu dapatkan di Selain itu, dalam menyambut bulan Ramadan, Gramedia Official Shop pada Shopee memberikan diskon hingga 90% untuk buku, Al-Qur'an, hingga sajadah dan tas pilihan. Shopee Diskon Buku Gramedia Ramadan Ada pula gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian dengan langsung klik di sini untuk ambil vouchernya. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! promo diskon
Bagaimanakahkecerdasan yang dimiliki khalifah Ali Bin Abi Thalib? - 36291886 nabilafelicia83 nabilafelicia83 25.11.2020 B. Arab Sekolah Dasar terjawab Bagaimanakah kecerdasan yang dimiliki khalifah Ali Bin Abi Thalib? 2 Lihat jawaban Iklan Iklan
Ali bin Abi adalah sosok teladan yang dicintai Rasulullah SAW. Ali bin Abi Thalib JAKARTA – Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu Anhu dianggap sebagai sahabat Rasulullah yang paling senior dan paling dekat dengan beliau. Ali telah masuk islam semenjak dirinya masih kecil. Dikutip dari laman Mawdoo3 pada Ahad 6/6, Ali radhiyallahu anhu memiliki sejumlah keutamaan pada dirinya, sampai-sampai disebutkan bahwa tidak ada sahabat yang memiliki keutamaan seperi dirinya. Dan berikut lima karakterisitik dari Ali bin Abi Thalib 1. Keberanian Ali terkenal akan sifatnya yang pemberani. Hal ini banyak disebut dalam buku-biografi dan al-Maghazi. Ini juga termasuk konfrontasinya dengan musuh. Saat Perang Khaibar, Ali menantang Murhib Yahudi dan membunuhnya. Pada Parang Khandaq, dia berduel dengan Amr bin Abdu Wudd yang terkenal prima dan berani dari Suku Quraisy, Ali berhasil membuatnya tersungkur dan tewas. 2. Pengorbanan diri Ali radhiyallahu anhu menjadi contoh dengan pengorbanan dirinya pada agama dan untuk tujuan yang mulia. Dia pernah tidur di ranjang Rasulullah, saat orang-orang kafir ingin membunuhnya. 3. Zuhud terhadap dunia Ali merupakan hamba yang saleh, dan dia tidak mengharapkan kemewahan dan perhiasan dunia yang fana. Ali tidak tertipu oleh semua itu. Kantor pusat pemerintahannya di Kufah sangat sederhana, berbeda dengan para khalifah yang datang setelah masanya. 4. Ketakwaan Dia memiliki ketakwaan yang baik kepada Allah Ta'ala. Ali menggantungkan semua urusannya kepada-Nya. Meskipun banyak bahaya yang menimpa oleh musuh-musuh Islam, dia tidak memiliki penjaga. Ali terbunuh saat dia pergi sholat subuh oleh Abdurrahman bin Muljam tanpa penjagaan. 5. Kedermawanan Dia suka memberi dan menghabiskan hartanya di jalan Allah SWT. Sumber mawdoo3Ituadalah sebagian gelar mulia yang dimiliki oleh Imam Ali bin Abi Thalib as. Kami telah menyebutkan enam gelarnya yang lain dalam kitab kami yang berjudul Mawsû'ah Al-Imam Amiril Mukminin (Ensiklopedia Imam Ali bin Abi Thalib as.), jilid pertama. Dalam buku ini, kami juga memaparkan julukan dan karakteristiknya secara mendetail.JawabanDia adalah khalifah pertama dari kalangan Bani Hasyim. Ayahnya adalah Abu Thalib bin Abdul Muthalib bin Abdu Manaf, dan ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hasyim bin Abdu dilahirkan di dalam Ka'bah dan mempunyai nama kecil Haidarah. Untuk meringankan beban Abu Thalib yang mempunyai anak banyak, Rasulullah SAW merawat Ali. Selanjutnya Ali tinggal bersama Rasulullah di rumahnya dan mendapatkan pengajaran langsung dari beliau. Ia baru menginjak usia sepuluh tahun ketika Rasulullah menerima wahyu yang kecil Ali telah menunjukkan pemikirannya yang kritis dan brilian. Kesederhanaan, kerendah-hatian, ketenangan dan kecerdasannya yang bersumber dari Al-Qur'an dan wawasan yang luas, membuatnya menempati posisi istimewa di antara para sahabat Rasulullah SAW lainnya. Kedekatan Ali dengan keluarga Rasulullah SAW kian erat, ketika ia menikahi Fathimah, anak perempuan Rasulullah yang paling segi agama, Ali bin Abi Thalib adalah seorang ahli agama yang faqih di samping ahli sastra yang terkenal, antara lain lewat bukunya "Nahjul Balaghah".Syahidnya Utsman bin Affan membuat kursi kekhalifahan kosong selama dua atau tiga hari. Banyak orang, khususnya para pemberontak, mendesak Ali untuk menggantikan posisi Utsman. Para sahabat Rasulullah SAW juga memintanya, akhirnya dengan sangat terpaksa Ali menerima jabatan sebagai khalifah karena suasana peralihan kekhalifahan kini penuh dengan kekacauan, para pemberontak yang menyebabkan syahidnya usman masih bercokol dan membuat onar. Sementara ada banyak orang yang menuntut ditegakkannya hukum bagi pembunuh hope the answer is correct and it helps Я надеюсь, что ответ правильный и надеюсь, что это поможет Jawabankecerdasan Ali bin Abi Thalib adalah membaca Al QuranPenjelasanmaaf kalau salah semoga membantuPolitikkekuasaan itu bukan hanya soal kemenangan, tetapi juga kerelaan menerima kekalahan demi menjaga kerukunan dan persatuan. Tidak ada contoh yang paling pas selain yang dicontohkan oleh Sayyidina Hasan, Khalifah kelima dalam sejarah Islam. Cucu Nabi, yang diriwayatkan wajahnya amat mirip Datuknya ini, menjadi khalifah setelah ayahnya, Ali bin Abi Thalib, meninggal dibunuh.Ilustrasi PixabayAli bin Abi Thalib bukan nama yang asing bagi umat Islam. Ia adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW dan masuk dalam Assabiqunal Awwalun orang-orang pertama yang masuk Islam. Ali bin Abi Thalib masuk Islam sejak masih kanak-kanak dan merupakan khalifah keempat setelah Utsman bin satu alasan kenapa Ali bin Abi Thalib dipilih menjadi khalifah adalah karena dia memiliki kecerdasan yang luar biasa. Konon kecerdasannya itu melebihi para sahabat Nabi Muhammad yang lain. Dengan kecerdasannya, Ali bin Thalib mampu menguasai hampir semua bidang keilmuan, mulai dari ilmu bahasa, sastra, hukum, hermeneutika, retorika, tarekat, akidah, bahkan ilmu-ilmu mengenai taktik dalam kitab Qishashul Anbiya, diceritakan bahwa ada suatu peristiwa ketika masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab yang menunjukkan kecerdasan Ali. Pada saat itu ada beberapa pendeta Yahudi mendatangi kediaman Umar bin Khattab dengan membawa pertanyaan-pertanyaan sulit yang ingin ditanyakan kepada umat Islam yang dianggap paling handal. Beberapa contoh pertanyaannya adalah seperti tentang induk kunci gembok yang mengunci langit, tentang adanya sebuah kuburan yang berjalan bersama penghuninya, mengenai suatu makhluk yang dapat memberikan peringatan kepada bangsanya tetapi bukan dari golongan jin dan manusia, dan masih banyak menjawab pertanyaan-pertanyaan sulit itu, maka didatangkanlah Ali bin Abi Thalib untuk menjawab semuanya. Sebelum Ali menjawab semua pertanyaan orang-orang Yahudi itu, ia ingin mereka masuk Islam jika dirinya berhasil menjawab semua pertanyaannya. Mereka menyetujui syarat itu dan Ali bin Thalib meminta agar pertanyaannya diajukan satu per satu. Ali bin Abi Thalib pada akhirnya berhasil menjawab semua pertanyaan tersebut dengan detail dan lengkap. Para pendeta itupun akhirnya menyatakan diri untuk masuk di atas merupakan salah satu gambaran mengenai kecerdasan Ali bin Abi Thalib. Dia mampu menjawab berbagai pertanyaan sulit apalagi hal-hal yang mengenai masalah agama Islam. Kecerdasan Ali tidak ia dapatkan dengan begitu saja. Ada beberapa rahasia kecerdasan yang membuat Ali bin Abi Thalib menjadi orang yang berilmu beberapa rahasia kecerdasan Ali bin Abi Thalib1. Belajar Langsung kepada Nabi Muhammad SAWRahasia kecerdasan Ali bin Abi Thalib yang luar biasa adalah ia belajar langsung dengan Nabi Muhammad SAW. Hal itu dikarenakan sejak berusia 6 tahun ia tercatat sebagai anak angkat dan hidup bersama Nabi Muhammad. Jadi sejak usia dini Ali telah mendapatkan pengasuhan dan pendidikan langsung di dalam keluarga Rasulullah. Selama tinggal di sana, Ali dapat mempelajari dan mengamati semua hal yang berkaitan dengan Rasulullah SAW. Bahkan Ali sering diajak untuk ikut menyepi di Gua Hira dan mendaki bukit-bukit di sekeliling Makkah untuk merenungkan kebesaran ciptaan Allah Belajar dari Al-Qur’an dan HadisAl-Qur’an dan hadis merupakan sumber utama umat Islam. Ali bin Abi Thalib mempunyai kecerdasan dalam berbagai hal juga dikarenakan mempelajari keduanya dengan baik. Ali menjadikan Al-Qur’an dan Hadis sebagai petunjuk untuk melangkah, bertindak, sandaran dalam mengambil keputusan, sarana memperingati umat, dan dianggap tempat belajar untuk memperoleh berbagai macam ilmu Berguru pada Orang Salih dan AhlinyaBerguru pada orang salih dan ahlinya adalah salah satu rahasia kecerdasan Ali bin Abi Thalib. Ali sejak kecil berada dalam asuhan Nabi Muhammad SAW yang mana kecerdasan Rasulullah tidak perlu dipertanyakan. Nabi Muhammad merupakan manusia yang tiada tandingannya. Michael Hart, penulis buku “Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh Dalam Sejarah”, memposisikan Nabi Muhammad SAW sebagai tokoh pertama yang meraih kesuksesan luar biasa, baik di bidang agama maupun lingkup dunia. Di sisi lain Ali memang istimewa karena bisa mendapat guru-guru dan pengalaman yang luar biasa. Bagaimana cara seorang guru mengajar akan sangat berpengaruh kepada kecerdasan Totalitas dalam berprosesRahasia kecerdasan Ali bin Abi Thalib yang keempat adalah menanamkan kesungguhan ketika belajar dan mempelajarinya sampai paham. Kesungguhan dalam belajar telah menjadikan Ali memperoleh kecerdasan yang luar biasa. Contoh kesungguhan Ali bin Abi Thalib dalam belajar terlihat dengan nyata saat berada di bawah asuhan Rasulullah SAW. Ia sering mengamati apa yang dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW dan kemudian memikirkannya dengan sungguh-sungguh. Dari kesungguhannya dalam belajar kepada Nabi Muhammad SAW, ia tidak pernah sedikit pun mengikuti tingkah laku kaum Jahiliah pada masa itu. Mempelajari sesuatu dengan sungguh-sungguh memang menjadi syarat utama untuk menguasai ilmu dengan Menghormati Guru dan Mencintai IlmuAli bin Abi Thalib adalah orang yang sangat menghormati gurunya. Penghormatannya itu merupakan salah satu rahasia kecerdasannya. Dengan memberikan hormat maka ia dapat menyerap ilmu dari gurunya dengan mudah. Ali adalah sahabat Nabi Muhammad yang cepat menyerap ilmu, bahkan dia dijuluki sebagai “Pintu Ilmu”. Selain itu Ali juga mencintai ilmu yang ia cari. Kecintaannya terhadap ilmu dia buktikan dengan tindakannya yang rajin mencari ilmu, mengamalkannya, menuliskannya, dan menyebarkannya kepada orang Menuliskan Ilmu dan Merangkainya dengan Kata-kata IndahMerangkai kata-kata dengan indah merupakan salah satu cara menstimulasi otak agar cerdas. Al-Qur’an dan hadis mengandung susunan kata-kata kata indah. Jadi, kecerdasan Ali bin Abi Thalib dalam merangkai kata-kata indah tidak lepas dari apa yang sering ia baca dan pelajari. Selain itu Ali juga menuliskan ilmu yang ia peroleh. Hal itu dilakukan sebagai langkah untuk menyimpan informasi atau ilmu pengetahuan kita ke dalam memori yang lebih panjang. Selain dengan menuliskan kembali, Ali juga berkutbah mengenai ilmu yang ia miliki, mengamalkannya dan bernasihat agar orang – orang yang ingin mengikat ilmu yang dimiliki dengan Mengamalkan Ilmu yang DiperolehRahasia kecerdaan Ali yang terakhir adalah pengamalan ilmu yang telah ia dapatkan. Ali pernah berkata “Seseorang yang memiliki ilmu namun tidak mengamalkannya, sama saja dengan orang yang tidak memiliki ilmu”. Bahkan, ilmu tersebut akan menjadi beban bagi orang yang tidak mengamalkannya. Menurut Ali bin Abi Thalib, ilmu yang tidak diamalkan cenderung akan meninggalkan pemiliknya. Kalau harta tidak bermanfaat mungkin tidak akan lari dari pemiliknya, namun kalau ilmu yang tidak diamalkan, ia akan lari dari Imam Basthomi Santri Komplek Arofah K3Editor Abdillah Amiril AdawyaA2D.